Jumat, 25 Mei 2018

BAB 3 LANDASAN TEORI


BAB 3
LANDASAN TEORI

3.1.       Pengertian Preventive Maintenance
          Preventive maintenance merupakan salah satu faktor pendukung bagi kelangsungan proses produksi. Dengan kata lain preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan. Preventive maintenance sangat penting karena kegunaannya yang sangat efektif dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan unit kritis.
          Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu yang ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang diuraikan dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi kondisi yang bisa diterima (Corder 1992)
          Kegiatan Preventive merupakan rangkaian aktifitas yang bersifat pemeriksaan atau inspeksi yang dilakukan secara berkala dengan tujuan mencegah terjadinya kegagalan fungsi atau kerusakan pada mesin. Kegagalan fungsi atau kerusakan tersebut mengakibatkan adanya gangguan terhadap proses produksi atau operasional suatu kegiatan usaha. Perawatan preventive bertujuan untuk membangun sistem agar kerusakan potensial, pergantian dan perbaikan mesin dapat dicegah. (Hadoko 1984)
          Prinsip utama dari preventive maintenance adalah perawatan, perawatan mengenai mesin-mesin produksi dan peralatan produksi lainnya. Didalam pelaksanaan preventive maintenance meliputi perawatan dan perbaikan, akuratnya perawatan dan perbaikan yang diberikan tercapai sesuai dengan yang yang diharapkan antara lain meliputi:


1.       Pengecekan atau Pemeriksaan
Pengecekan alat produksi dilakukan secara rutin setiap hari bertunut-turut Pengecekan dilakukan di pagi hari di saat alat-alat produksi dalam keadaan stanbay atau sebelum bekerja

2.       Perbaikan
Perbaikan dilakukan jika terdapat alat-alat produksi yang nusak. Perbaikan biasanya dilakukan sesudah masalah berada dengan pencegahan yang dilakukan sebelum alat rusak.

3.       Penggantian
Penggantian dilakukan pada alat yang tidak bisa dipakai lagi (rusak), mengganti dengan yang baru adalah jalan terakhir, jika alat tersebut tidak bisa diperbaiki lagi.

3.2.       Sarana Preventive Maintenance
          Kegiatan maintenance yang dilakukan dalam suatu perusahaan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu Preventive Maintenance dan Corrective Maintenance.  Antara lain:
1.             Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu proses produksi sedang berjalan.

2.             Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan (Trouble) sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan ini sering disebut sebagai reparasi atau perbaikan. Jadi dalam hal ini kegiatan maintenance sifatnya menunggu sampai kerusakan teriadi, baru kemudian diperbaiki. Maksud dari kegiatan perbaikan ini adalah agar fasilitas atau perawatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi, sehingga operasi berjalan lancar kembali.

          Secara pintas dapat dilihat bahwa Preventive Maintenance lebih murah biayanya dari pada corective maintenance. Untuk mesin-mesin produksi yang mahal, terbukti preventive maintenance lebih menguntungkan dari corrective maintenance (Ansauri, 1999)

3.3.       Tujuan Preventive Maintenance
          Semua mesin pada dasarnya memerlukan pemeliharaan yang sama. Dalam operasi pada umumnya pekerja yang utama yang harus dilakukan adalah membutuhkan dan mengganti bagian-bagian yang sudah rusak. oleh karenanya, sangat di inginkan bahwa alat yang cocok itu disediakan (stok godang)

          Prosudur pemeliharaan dapat dikelompokan menjadi 4 bagian yaitu Pembersihan, Penyetelan, Perbaikan dan penggantian. Sifat dan jumlah peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur ini tergantung pada system pemeliharaan yang dipakai sehubungan dengan dua prosedur yang terakhir. Dalam industri besar, perbaikan bagian alat yang rusak didalam industri besar itu sendiri biasanya akan menghemat biaya dan waktu.
          Tujuan dan Pentingnya perawatan adalah menjaga proses produksi agar bejalan dalam kondisi optimum. optimum disini berarti dapat memenuhi permintaan yang diterima dengan memperhatikan estimasi biaya yang diperlukan. (Nasution 2005)

3.4.       Tugas-Tugas dari Maintenance
          Tugas-tugas dari maintenance dapat digolongkan dalam 5 (lima) tugas pokok atara lain:
1.       Inspeksi
Kegiatan inspeksi meliputi pencegahan atau pemeriksaan secara berkala atau kontinyu dan peralatan pabrik sesuai dengan rencana serta kegiatan pencegahan peralatan yang mengalami kerusakan. Serta membuat laporan untuk bahan pertimbangan pimpinan perusahaan untuk dapat mengambil keputusan.

2.       Kegiatan Teknik
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan atau komponen-komponen peralatan yang perlu diganti serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan ini biasanya termasuk pula kegiatan penelitian sebab-sebab teradinya kerusakan pada peralatan tertentu dan cara-cara untuk memperbaiki kerusakan.

3.       Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi ini menupakan kegiatan maintenance yang sebenarnya yaitu memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Kegiatan produksi ini dimaksud agar kegiatan pabrik dapat dengan lancar sesuai dengan rencana dan untuk ini diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.

4.       Pekerjaan Administrasi
Pekerjaan Administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan catatan pencatatan mengenai biaya biaya yang teradi dalam melakukan pekeriaan pekerjaan maintenance. Jadi dalam kegiatan pencatatan ini termasuk penyusunan Plenning dan scheduling Yaitu rencana kapan suatu mesin akan diperiksa dan diservis. Pekerjaan administrasi dari pekerjaan maintenance yang menjamin adanya catatan mengenai kegiatan yang penting dari bagian maintenance

5.       Pemeliharaan Mesin Produksi
Kegiatan pemeliharaan mesin produksi merupakan kegiatan rutin untuk menjaga agar mesin produksi tetap terpelihara dan terijamin kebersihanya.
3.5.       Jenis-Jenis Preventive
          Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga yang menentukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu di gunakan dalam proses produksi. Preventive maintenance ini sangat efektif digunakan dalam menghadapi fasilitas produksi yang termasuk dalam unit kritis  Sebuah fasilitas atau peralatan produksi termasuk dalam "critical unit" apabila kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para pekeja, mempengaruhi kualitas produksi yang dihasilkan, menyebabkan kemacetan pada seluruh produksi, dan modal yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut cukup besar atau harganya mahal. (Assauri, 2004)
          Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah "Perawatan dan Perbaikan Perawatan yang dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan, sedangkan istilah  perbaikan sebagai tindakan untuk memperbaki kerusakan.di Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekeriaan perawatan, dapat bagi menjadi dua cara:
1.       Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance)
2.       Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance)
         
          Secara skematik pembagian perawatan bisa dilihat pada gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Skema Pembagian Perawatan
3.6.       Bentuk-Bentuk Maintenace
          Adapun bentuk-bentuk maintenance antara lain meliputi:
1.             Perawatan Preventive (Preventive Maintenance)
          Adalah pekerjaan Perawatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara perawatan yang direncanakan untuk pencegahan Preventive). Ruang lingkup pekeriaan preventif termasuk inspeksi, kan kecil penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama pelumasan dan beroperasi terhindar dari kerusakan.

2.       Perawatan Korektif
          Adalah pekejaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/ peralatan sehingga mencapai standar yang dapat meningkatkan kondisi fasilitas peralatan sehingga mencapai diterima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatak-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.

3.       Perawatan Berjalan
          Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekeria. Perawatan beralan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi.

4.       Perawatan Prediktif
          Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat monitor yang canggih.




5.       Perawatan Setelah Terjadi Kerusakan (Breakdown Maintenance)
          Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerja.

6.       Perawatan darurat (Emergency Maintanance)
          Adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera dilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga. Disamping jenis-jenis perawatan yang telah disebut diatas, terdapat juga beberapa jenis pekerjaan lain yang bisa dianggap merupakan jenis pekeraan perawatan seperti:
          a.       Perawatan dengan cara penggantian (Replacement instead of maintenance) Perawatan dilakukan dengan cara pengganti peralatan tanpa dilakukan perawatan, karena harga peralatan pengganti lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pcrawatannya. Atau alasan lainnya adalah apabila perkembangan teknologi sangat cepat, peralatan tidak dirancang untuk waktu yang lama, atau banyak komponen rusak tidak memungkinkan lagi diperbaiki.

          b.       Penggantian yang direncanakan (Planned Replacement) Dengan telah ditentukan waktu pengganti peralatan dengan peralatan yang baru, berarti industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan perawatan, kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang ringan seperti pelumasan dan penyetelan. Ketika peralatan telah menurun kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara pengganti ini mempunyai keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan yang baru dan siap dipakai





3.7.       Strategi Perawatan
          Pemilihan program perawatan akan mempengaruhi kelangsungan produktifitas produksi pabrik. Karena itu perlu dipertimbangkan secara cermat mengenai bentuk perawatan yang akan digunakan terutama berkaitan dengan kebutuhan produksi, waktu, biaya, keterandalan tenaga perawatan dan kondisi peralatan yang dikerjakan.

Dalam menentukan strategi perawatan, banyak ditemui kesulitan-kesulitan diantaranya:
1.       Tenaga kerja yang terampil
2.       Ahli teknik yang berpengalaman
3        Instrumentasi yang cukup mendukung
4.       Kerja sama yang baik diantara bagian perawatan

Faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi perawatan
1.       Umur peralatan/mesin produksi
2.       Tingkat kapasitas pemakaian mesin
3.       Kesiapan suku cadang
4.       Kemampuan bagian perawatan untuk bekeria cepat
5.       Situasi pasar, kesiapan dana dan lain-lain

Sistem atau strategi perawatan yang tidak dirancang akan meningkatkan ketidak sesuaian produk dan biaya produksi yang terlibat, atau mengubah lingkungan kerja menjadi tidak aman. Kelancaran proses produksi dipengaruhi oleh sistem atau strategi perawatan yang diterapkan. Setiap peralatan mesin atau fasilitas yang terlibat dalam proses produksi pasti akan mengalami keausan dan sehingga suatu saat akan terjadi kerusakan. (Nasution 2005)

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1.       Sejarah Singkat Perusahaan
         PT. PLN (Persero) sektor Nagan Raya berawal dari cikal bakal pembangunan Proyek 10.000 MW penugasan pemerintah kepada PT. PLN (Persero) pada tahun 2006 sesuai perpres RI No. 71 tahun 2006 pada tanggal 5 juli 2006, proyek tersebut terletak di Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya. Pada akhir tahun 2011 menjelang direncanakannya Commercial On Date baru dibuat Kepdir PT. PLN (Persero) pembentukan pusat listrik di bawah PT. PLN (Persero) Sumatera Bagian Utara sektor pembangkit Lueng Bata yang terletak di Ibu Kota Provinsi  Banda Aceh.
Keputusan direksi selanjutnya muncul pada bulan juli 2012 yang mengubah pusat listrik Nagan Raya menjadi sektor Nagan Raya dan sektor Lueng Bata menjadi pusat listrik sesuai dengan SK Dir No. 285.K/DIR/2012 dan No.28.K/DIR/2012. Pada saat perubahan status tersebut PT. PLN (Persero) sektor pembangkit Lueng Bata baru saja menerima pelimpahan PLTD sewa di Grid 150 KV dari PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh ke PT. PLN (Persero) KITSBU sehingga bertambah dua lokasi lagi yakni PLTD Pulo Pisang dan PLTD Cot Trueng.
Proyek-proyek yang digabungkan menjadi satu kedalam induk Unit Bisnis PT. PLN (Persero) Unit Induk pembangunan pembangkitan Sumatera 1 diantaranya terdiri dari:
1.      PLTU Nanggroe Aceh Darussalam (Nagan Raya) 2x110 MW ;
2.      PLTU Sumatera Utara ( Pangkalan Susu) 2x220 MW ;
3.      PLTU 1 Riau (Bengkalis) 2x10 MW ;
4.      PLTU 2 Riau ( Selat Panjang) 2x7 MW ;
5.      PLTU Kepulauan Riau (Tanjung Balai Karimun) 2x7 MW.



2.2.       Visi dan Misi Perusahaan
2.2.1.   Visi
         Diakui sebagai pengelola listrik CFB terbaik di indonesia dengan tata kelola ekselen yang berwawasan lingkungan dan bertumpu pada potensi insani.

2.2.2.   Misi
1.             Menjalankan usaha pembangkitan energi listrik yang efisiensi, andal, dan berwawasan lingkungan.
2.             Menerapkan tata kelola pembangkitan dengan pengimplementasikan EAM dan OPI.
3.             Mengembangkan SDM dengan budaya saling percaya, integritas, peduli dan pembelajar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.



















2.3.       Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 x 110 MW adalah sebagai berikut:











Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 X 110 MW

2.4.       Sistem Kerja
         Sistem kerja di PT. PLN (Persero) Sektor Nagan Raya meliputi dua macam, yaitu :
1.        Sistem kerja non-shift
Hari kerja non-shift berlaku bagi pegawai yang bekerja 5 (lima) hari kerja dalam seminggu, yaitu hari senin sampai dengan hari jum’at. Adapun jam kerjanya dalam sehari dimulai dari jam 08.00 - 16.30 WIB.

2.        Sistem kerja shift
Hari kerja shift berlaku bagi pegawai operator yang bertugas mengawasi mesin pada semua unit. Jam kerja shift dibagi menjadi 3 (tiga) waktu, yaitu :
-            Pagi          : 08.00 WIB – 16.00 WIB
-            Sore          : 16.00 WIB – 22.00 WIB
-            Malam      : 22.00 WIB – 08.00 WIB

2.5.       Proses Produksi Perusahaan

Gambar 2.2 Siklus Proses Produksi PLTU Nagan Raya 2 X 110 MW

2.5.1. Coal & Ash Handling System
            PLTU Nagan Raya 2 x 110 MW adalah pembangkit listrik  yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar  utamanya.  Untuk memenuhi pasokan batubara sebagai bahan bakar pembangkit diperlukan suatu unit penanganan khusus yang dinamakan unit Coal Handling System.
Unit penanganan batubara (Coal Handling System) PLTU Nagan Raya 2 x 110 MW berfungsi menangani batubara  mulai dari pembongkaran batubara dari kapal tongkang yang bersandar di Jetty menggunakan ship unloader (Portal Slewing Grab Crane) menuju ke area  penimbunan atau penyimpanan di Coal Yard  dan Dry Coal Shed atau pun langsung pengisian ke coal bunker (silo), semua proses pemindahan batubara ini menggunakan belt conveyor. Pada proses unloading batubara terdapat 2 langkah kerja, yaitu:
1.      Proses unloading menggunakan truck
Untuk saat ini proses unloading yang dilakukan pada penerimaan batubara menggunakan truck di karenakan jetty untuk bersandarnya kapal tongkang belum siap digunakan. Penggunaan unloading menggunakan truck dikatakan kurang efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dan waktu yang digunakan untuk unloading lebih panjang.
2.      Proses unloading batubara menggunakan belt conveyor
Pada proses unloading menggunakan belt conveyor, batubara dari tongkang dapat langsung di-transfer-kan ke area penampungan coal yard ataupun ke coal bunker. Proses unloading menggunakan belt conveyor lebih efisien dibandingkan dengan unloading mengunakan truck, dikarenakan waktu yang digunakan lebih cepat dan tidak memerlukan biaya tambahan.

2.5.2.  Water Treatment Plant
          Water Treatment Plant merupakan instalasi pengolahan air baku (air laut) menjadi air demineral atau air yang memenuhi persyaratan sesuai spesifikasi standar air pengisi boiler. Dimana dalam prosesnya water treatment plant dibagi menjadi 3(tiga) system, yaitu :
1.      Pretreatment System
Pretreatment system merupakan tempat pengolahan air baku sebelum masuk ke desalination plant. Dimana air laut dari Temporary Intake dipompa oleh Sea Water Reinforce Pump menuju Coagulation Precipitation disini ada 3(tiga) injeksi bahan kimia, yaitu :
-          Coagulant (N 3276), Berfungsi untuk membentuk padatan-padatan tersuspensi yang tidak dapat mengendap.
-          Flocculant (N 9901), Berfungsi untuk menggabungkan padatan-padatan tersuspensi yang terbentuk sebelumnya menjadi flok-flok yang dapat mengendap dengan sendirinya.
-          Sodium Hypochlorite (N 3935), Berfungsi untuk membunuh bakteri-bakteri didalam air baku tersebut.
Kemudian air yang keluar dari Coagulation Precipitation akan masuk ke Gravity air scrubbing filter untuk menyaring padatan-padatan yang mungkin terlewat dari Coagulation Precipitation, kemudian air akan ditampung di Sea Water Tank.
2.      Desalination Plant
Desalination Plant merupakan tempat pengolahan air baku yang berasal dari sea water tank menjadi air tawar. Dimana air dari sea water tank dipompa oleh sea water booster pump menuju multimedia filter untuk melalui proses penyaringan, kemudian air yang keluar dari multimedia filter ada 3(tiga) injeksi chemical, yaitu :
Anti Scale (PC 191 T), Berfungsi untuk mencegah terjadinya kerak di membrane RO.
Reducer (N 47027), Berfungsi untuk menurunkan kadar free residual chlorine didalam air tersebut agar tidak melebihi 0,02 ppm untuk mencegah terjadinya oksidasi pada membrane RO.
HCl, Berfungsi untuk menurunkan pH air jika pH air tersebut diatas 8,5. HCl diinjeksi hingga pH air dalam batasan 7-8,5.
Kemudian air akan masuk ke primary cartridge filter untuk menjalani penyaringan lagi, kemudian air akan dipompa oleh HP RO Pump dengan pemberian tekanan tinggi yaitu 3,5 - 4 MPa untuk melewati membrane di SWRO dan produknya akan ditampung di RO Product Tank. Air dari RO Product Tank akan dipompa oleh Feed Pump dan diinjeksi NaOH apabila pH-nya dibawah 7 hingga pH-nya berkisar antara 7-8, air tersebut akan melewati secondary cartridge filter untuk menjalani penyaringan dan dipompa lagi oleh HP RO Pump dengan pemberian tekanan tinggi untuk melewati membrane di BWRO dan produknya ditampung di Raw Water Tank.
3.      Demineralized Plant
Demineralized Plant merupakan tempat pengolahan air tawar menjadi air demineral atau air bebas mineral. Dimana air dari Raw Water Tank dipompa oleh Supply Pump menuju Mixed Bed untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan yang terkandung dalam air tersebut. Dimana didalam Mixed Bed tersebut ada resin kation dan resin anion yang berfungsi untuk menangkap kontaminan yang ada didalam air tersebut hingga Conductivity dibawah 0,2 µS/cm, pH berkisar antara 6-7,5 dan Silika dibawah 0,02 ppm. Kemudian air produknya sebagai produk akhir ditampung di Demin Water Tank.

2.5.3.  Boiler System
          Pada PLTU Nagan Raya 2 X 110 MW proses pembakarannya menggunakan boiler CFB (Circulating Fluidizing Bed), boiler ini tidak menggunakan Mill Pulverizer dan memiliki ukuran diameter batubaranya sekitar 30 mm dan dilengkapi dengan 2 Cyclone Separator. Fungsi Cyclone Separator adalah untuk memisahkan fly ash yang digunakan untuk memanaskan superheater, economizer dan air heater sebelum dibuang melalui stack setelah melewati electrostatic precipitator untuk menyaring gas buang yang berbahaya bagi lingkungan dan partikel yang tidak terbakar untuk dikembalikan lagi ke ruang bakar furnace. Fly Ash tersebutlah yang digunakan untuk memanaskan sebagian besar superheater, economizer dan air heater. Boiler tipe ini juga merupakan boiler tipe minus (-) karena hanya menggunakan Induced Draft Fan tanpa menggunakan Force Draft Fan. Selain Induced Draft Fan, juga terdapat Primary Air Fan yang berfungsi sebagai udara yang menerbangkan bed material agar terjadinya sistem fluidizing, Secondary Air Fan yang berfungsi sebagai udara bakar di dalam furnace, dan juga memiliki High Pressure Fluidizing Air Fan yang berfungsi sebagai aliran udara untuk mengembalikan bed material yang terbawa ke cyclone agar kembali lagi ke furnace.



2.5.4.  Turbine System
          Pada turbine system terdapat sistem open cycle, yaitu sistem pendingin terbuka. Sistem ini berfungsi sebagai pendingin kondensor, yaitu untuk mengkondensasikan uap yang telah memutar turbin. Uap yang telah dikondensasikan di tampung di hotwell. Air demin di hotwell di pompakan oleh condensate pump menuju ke deaerator untuk menghilangkan kadar O2 dengan melewati gland steam condensor, low pressure heater 7, 6, 5 dan 4. Dari deaerator air di pompakan ke boiler drum oleh boiler feed water pump dengan melalui high pressure heater 2, 1 dan economizer.
Steam yang telah dipanaskan di boiler kemudian dialirkan menuju turbin untuk memutar turbin. Sebelum mencapai turbin, steam terlebih dulu melewati main stop valve dan governor valve yang berfungsi untuk mengatur aliran steam yang masuk ke dalam turbin. Steam yang masuk kedalam turbin akan memutar High Pressure turbine dan di alirkan lagi ke Low Pressure turbine, kemudian steam akan masuk ke condensor untuk kondensasikan lagi menjadi fasa cair dan ditampung di hotwell.