BAB 2
GAMBARAN
UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. PLN
(Persero) sektor Nagan Raya berawal dari
cikal bakal pembangunan Proyek 10.000 MW penugasan
pemerintah kepada PT. PLN (Persero) pada tahun 2006 sesuai perpres RI No. 71
tahun 2006 pada tanggal 5 juli 2006, proyek tersebut terletak di Desa Suak
Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya. Pada akhir tahun 2011
menjelang direncanakannya Commercial On Date baru dibuat Kepdir PT. PLN (Persero) pembentukan pusat listrik
di bawah PT. PLN (Persero) Sumatera Bagian Utara sektor pembangkit Lueng Bata yang
terletak di Ibu Kota Provinsi Banda
Aceh.
Keputusan
direksi selanjutnya muncul pada bulan juli 2012 yang mengubah pusat listrik
Nagan Raya menjadi sektor Nagan Raya dan sektor Lueng Bata menjadi pusat
listrik sesuai dengan SK Dir No. 285.K/DIR/2012 dan No.28.K/DIR/2012. Pada saat
perubahan status tersebut PT. PLN (Persero) sektor pembangkit Lueng
Bata baru saja menerima pelimpahan PLTD sewa di Grid 150 KV dari PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh ke PT. PLN (Persero) KITSBU sehingga bertambah
dua lokasi lagi yakni PLTD Pulo Pisang dan PLTD Cot Trueng.
Proyek-proyek
yang digabungkan menjadi satu kedalam induk Unit Bisnis PT. PLN (Persero) Unit Induk pembangunan
pembangkitan Sumatera 1 diantaranya terdiri dari:
1. PLTU
Nanggroe Aceh Darussalam (Nagan Raya) 2x110 MW ;
2. PLTU
Sumatera Utara ( Pangkalan Susu) 2x220 MW ;
3. PLTU 1
Riau (Bengkalis) 2x10 MW ;
4. PLTU 2
Riau ( Selat Panjang) 2x7 MW ;
5. PLTU
Kepulauan Riau (Tanjung Balai Karimun) 2x7 MW.
2.2. Visi dan Misi Perusahaan
2.2.1. Visi
Diakui sebagai pengelola listrik CFB terbaik di indonesia
dengan tata kelola ekselen yang berwawasan lingkungan dan bertumpu pada potensi
insani.
2.2.2. Misi
1.
Menjalankan usaha
pembangkitan energi listrik yang efisiensi, andal, dan berwawasan lingkungan.
2.
Menerapkan tata kelola
pembangkitan dengan pengimplementasikan EAM dan OPI.
3.
Mengembangkan SDM dengan
budaya saling percaya, integritas, peduli dan pembelajar dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab.
2.3. Struktur
Organisasi Perusahaan

Struktur
Organisasi Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 x 110 MW adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Struktur Organisasi
PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 X 110 MW
2.4. Sistem Kerja
Sistem kerja di PT. PLN (Persero) Sektor Nagan Raya
meliputi dua macam, yaitu :
1.
Sistem
kerja non-shift
Hari kerja non-shift berlaku bagi pegawai yang
bekerja 5 (lima) hari kerja dalam seminggu, yaitu hari senin sampai dengan hari
jum’at. Adapun jam kerjanya dalam sehari dimulai dari jam 08.00 - 16.30 WIB.
2.
Sistem
kerja shift
Hari kerja shift
berlaku bagi pegawai operator yang bertugas mengawasi mesin pada semua unit. Jam
kerja shift dibagi menjadi 3 (tiga) waktu, yaitu :
-
Pagi : 08.00 WIB – 16.00 WIB
-
Sore : 16.00 WIB – 22.00 WIB
-
Malam : 22.00 WIB – 08.00 WIB
2.5. Proses Produksi Perusahaan

Gambar 2.2 Siklus Proses
Produksi PLTU Nagan Raya 2 X 110 MW
2.5.1.
Coal
& Ash Handling System
PLTU Nagan
Raya 2 x 110 MW adalah pembangkit listrik yang menggunakan
batubara sebagai bahan bakar utamanya. Untuk memenuhi pasokan
batubara sebagai
bahan bakar pembangkit diperlukan suatu unit penanganan khusus yang dinamakan unit Coal Handling System.
Unit penanganan batubara (Coal Handling System) PLTU
Nagan Raya 2 x 110 MW berfungsi menangani batubara mulai dari
pembongkaran batubara dari kapal tongkang yang bersandar di Jetty
menggunakan ship unloader (Portal
Slewing Grab Crane) menuju ke
area penimbunan atau penyimpanan di Coal
Yard dan Dry
Coal Shed atau pun langsung pengisian ke coal bunker (silo), semua proses pemindahan
batubara ini menggunakan belt conveyor. Pada proses unloading batubara terdapat 2
langkah kerja, yaitu:
1.
Proses unloading
menggunakan truck
Untuk saat ini proses unloading
yang dilakukan pada penerimaan batubara menggunakan truck di karenakan jetty
untuk bersandarnya kapal tongkang belum siap digunakan. Penggunaan unloading
menggunakan truck dikatakan kurang efisien karena biaya yang dikeluarkan
lebih besar dan waktu yang digunakan untuk unloading lebih panjang.
2.
Proses unloading
batubara menggunakan belt conveyor
Pada proses unloading
menggunakan belt conveyor, batubara dari tongkang dapat langsung di-transfer-kan
ke area penampungan coal yard ataupun ke coal bunker. Proses unloading
menggunakan belt conveyor lebih efisien dibandingkan dengan unloading
mengunakan truck, dikarenakan waktu yang digunakan lebih cepat dan tidak
memerlukan biaya tambahan.
2.5.2. Water Treatment Plant
Water
Treatment Plant merupakan instalasi pengolahan air baku (air laut) menjadi air demineral atau air yang memenuhi persyaratan sesuai spesifikasi
standar air pengisi boiler. Dimana dalam prosesnya water treatment
plant dibagi menjadi 3(tiga) system, yaitu :
1.
Pretreatment
System
Pretreatment system
merupakan tempat pengolahan air baku sebelum masuk ke desalination plant.
Dimana air laut dari Temporary Intake dipompa
oleh Sea Water Reinforce Pump menuju Coagulation Precipitation disini ada
3(tiga) injeksi bahan kimia, yaitu :
-
Coagulant (N 3276), Berfungsi untuk membentuk
padatan-padatan tersuspensi yang tidak dapat mengendap.
-
Flocculant
(N 9901), Berfungsi untuk
menggabungkan padatan-padatan tersuspensi yang terbentuk sebelumnya menjadi
flok-flok yang dapat mengendap dengan sendirinya.
-
Sodium
Hypochlorite (N 3935), Berfungsi untuk
membunuh bakteri-bakteri didalam air baku tersebut.
Kemudian air yang keluar dari Coagulation
Precipitation akan masuk ke Gravity
air scrubbing filter untuk menyaring padatan-padatan yang mungkin terlewat
dari Coagulation Precipitation, kemudian
air akan ditampung di Sea Water Tank.
2.
Desalination
Plant
Desalination Plant
merupakan tempat pengolahan air baku yang berasal dari sea water tank menjadi air tawar. Dimana air dari sea water tank dipompa oleh sea water
booster pump menuju multimedia filter
untuk melalui proses penyaringan, kemudian air yang keluar dari multimedia filter ada 3(tiga) injeksi chemical,
yaitu :
Anti Scale (PC 191
T), Berfungsi untuk mencegah terjadinya kerak di membrane RO.
Reducer (N 47027), Berfungsi untuk
menurunkan kadar free residual chlorine didalam air tersebut agar tidak
melebihi 0,02 ppm untuk mencegah terjadinya oksidasi pada membrane RO.
HCl, Berfungsi untuk menurunkan pH air jika pH air tersebut diatas
8,5. HCl diinjeksi hingga pH air dalam batasan 7-8,5.
Kemudian air akan masuk ke primary cartridge filter untuk
menjalani penyaringan lagi, kemudian air akan dipompa oleh HP RO Pump dengan pemberian tekanan tinggi yaitu 3,5 - 4 MPa untuk
melewati membrane di SWRO dan produknya akan ditampung di RO Product Tank. Air dari RO Product Tank akan dipompa oleh Feed Pump dan diinjeksi NaOH apabila
pH-nya dibawah 7 hingga pH-nya berkisar antara 7-8, air tersebut akan melewati secondary
cartridge filter untuk menjalani
penyaringan dan dipompa lagi oleh HP RO
Pump dengan pemberian tekanan tinggi untuk melewati membrane di BWRO
dan produknya ditampung di Raw Water
Tank.
3.
Demineralized
Plant
Demineralized Plant
merupakan tempat pengolahan air tawar menjadi air demineral atau air
bebas mineral. Dimana air dari Raw Water
Tank dipompa oleh Supply Pump menuju
Mixed Bed untuk menghilangkan
kontaminan-kontaminan yang terkandung dalam air tersebut. Dimana didalam Mixed Bed tersebut ada resin kation dan
resin anion yang berfungsi untuk menangkap kontaminan yang ada didalam air
tersebut hingga Conductivity dibawah
0,2 µS/cm, pH berkisar antara 6-7,5 dan Silika
dibawah 0,02 ppm. Kemudian air produknya sebagai produk akhir ditampung di Demin Water Tank.
2.5.3. Boiler System
Pada
PLTU Nagan Raya 2 X 110 MW proses
pembakarannya menggunakan boiler CFB (Circulating
Fluidizing Bed), boiler ini tidak menggunakan Mill Pulverizer
dan memiliki ukuran diameter batubaranya sekitar 30 mm dan dilengkapi dengan 2 Cyclone Separator. Fungsi Cyclone Separator adalah untuk memisahkan fly
ash yang digunakan untuk memanaskan superheater, economizer dan air heater sebelum dibuang melalui stack setelah
melewati electrostatic precipitator untuk
menyaring gas buang yang berbahaya bagi lingkungan dan partikel yang tidak terbakar untuk
dikembalikan lagi ke ruang bakar furnace. Fly Ash tersebutlah yang digunakan untuk memanaskan sebagian besar superheater, economizer dan air heater. Boiler
tipe ini juga merupakan boiler tipe minus (-) karena hanya menggunakan Induced Draft
Fan tanpa menggunakan
Force Draft
Fan. Selain Induced Draft
Fan, juga terdapat Primary Air
Fan yang berfungsi
sebagai udara yang menerbangkan bed
material agar terjadinya sistem fluidizing, Secondary Air
Fan yang berfungsi
sebagai udara bakar di dalam furnace, dan juga memiliki High Pressure Fluidizing Air
Fan yang berfungsi
sebagai aliran udara untuk mengembalikan bed material yang terbawa ke cyclone
agar kembali lagi ke
furnace.
2.5.4. Turbine System
Pada turbine
system terdapat sistem open
cycle, yaitu sistem pendingin terbuka. Sistem ini
berfungsi sebagai pendingin kondensor, yaitu untuk
mengkondensasikan uap yang telah memutar turbin. Uap yang telah dikondensasikan
di tampung di hotwell. Air demin di hotwell di pompakan
oleh condensate pump menuju ke deaerator untuk menghilangkan kadar O2 dengan melewati gland steam condensor, low
pressure heater 7, 6, 5 dan 4. Dari deaerator air di pompakan ke boiler drum oleh boiler
feed water pump dengan melalui high pressure heater 2, 1 dan economizer.
Steam yang telah dipanaskan di boiler kemudian dialirkan
menuju turbin untuk memutar turbin. Sebelum mencapai turbin, steam terlebih
dulu melewati main stop valve dan governor valve yang berfungsi
untuk mengatur aliran steam yang masuk ke dalam turbin. Steam yang
masuk kedalam turbin akan memutar High Pressure turbine dan di alirkan lagi
ke Low Pressure turbine, kemudian steam akan masuk ke condensor
untuk kondensasikan lagi menjadi fasa cair dan ditampung di hotwell.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar