Jumat, 25 Mei 2018

BAB 1 PENDAHULUAN


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
          Perawatan mesin sangat penting untuk operasional pabrik. Dengan mesin yang bekerja optimal maka proses produksi bisa berjalan dengan lancar, karena itulah perawatan mesin sangat diperlukan untuk mesin di pabrik, perakitan alat industri dan berbagai jenis permasalahan dalam industri maupun perusahaan lainnya. Sebenarnya dalam setiap usaha terutama bidang industri perawatan mesin ini sangat diperlukan. seorang manajer tentu membutuhkan beberapa orang yang ahli mesin untuk manajemen pemeliharaan mesin pabrik. Karena aktivitas tetap berupa mesin ini sangat berpengruh dalam produksi sehingga perusahaan mau tak mau harus mencari tenaga yang ahli dalam permesinan.
          Manajemen perawatan sangatlah diperlukan dan mempunyai peran yang sangat akurat bagi sebuah perusahaan, mengingat dalam dunia industri kegiatan  produksi  tak  lepas  dari  penggunaan  alat-alat  atau  mesin-mesin sebagai pendukung opersionalnya. Mesin – mesin tersebut akan beroperasi sesuai dengan semestinya bila didukung oleh standar operasional dan perawatan yang benar.
          Guna mendukung  kelancaran  operasional,  maka diperlukan suatu manajemen perawatan yang meliputi dari perawatan ringan (pemeriksaan pelumasan, dll)  sampai  kepada  perawatan  yang  berat  (penggantian komponen dan overhoul). Manajemen perawatan yang baik mendukung kinerja perawatan mesin menjadi efektif dan efisien serta akan dapat meminimalkan kerusakan-kerusakan yang terjadi selama proses operasi.
Menurut  Gaspersz  (1992),  perawatan  merupakan  suatu  kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem  produksi,  sehingga  dari sistem  itu dapat  diharapkan  menghasilkan output sesuai dengan yang dikehendaki.
          Manajemen  perawatan  yang terpadu  pada departemen  perawatan produksi  akan dapat  memaksimalkan  kelancaran  produksi,  karena dengan diketahuinya jenis – jenis kerusakan setiap komponen mesin pada saat perawatan dapat diambil tindakan pencegahan  ataupun tindakan lain yang sebaiknya  dilakukan.  Tindakan  yang  tepat  dalam  penanganan  kerusakan mesin dapat meminimalkan  biaya yang ditimbulkan karena mesin berhenti beroperasi (downtime). Berdasarkan kenyataan bahwa pada  dasarnya  prinsip  utama  dalam  manajemen  sistem  perawatan  adalah untuk   menekan   periode   kerusakan   (breakdown period)  sampai   batas minimum, maka keputusan penggantian komponen sistem berdasarkan “downtime” minimum menjadi sangat penting. (A. S. Corder, 1996, Hal. 4)
            PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang sudah beroperasi secara komersil sejak tahun 2013. PLTU ini memiliki 2 (dua) unit pembangkit listrik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk memproduksi uap, dimana uap ini akan digunakan untuk memutar turbin uap yang sudah terkopel dengan generator listrik sehingga dihasilkan listrik yang akan ditransmisikan melalui saluran udara tegangan tinggi 150 KV menuju gardu induk-gardu induk yang tersedia di setiap pelosok Aceh untuk kemudian di distribusikan lagi ke para konsumen melalui saluran udara tegangan rendah. Unit PLTU ini berkapasitas terpasang 2 X 110 MW.
          Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap menjadi energikinetik dan selanjutnya diubah menjadi energi mekanis dalam bentuk putaran poros turbin. Pada dasarnya turbin uap terdiri dari dua bagian utama, yaitu stator dan rotor yang merupakan komponen utama pada turbin kemudian di tambah komponen lainnya yang meliputi pendukungnya seperti bantalan, kopling dan sistem bantu lainnya agar kerja turbin dapat lebih baik. Sebuah turbin uap memanfaatkan energi kinetik dari fluida kerjanya yang bertambah akibat penambahan energi termal.
          Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan preventive maintenance  di PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 X 110 MW. Pengamatan dilakukan dengan cara observasi yang akan ditulis dalam bentuk laporan kerja praktek yang Berjudul “ Preventive Maintanance Pada Turbine Dan Alat Bantu Turbine Uap Unit 1 di PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 X 110 MW”.

1.2.       Rumusan Mas alah
          Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan permasalahan pada PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 X 110 MW adalah meninjau kegiatan preventive maintanace pada turbine dan alat bantu agar dapat memperpanjang terjadinya breakton.

1.3.       Tujuan Kerja Praktek
             Adapun tujuan dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah:
1.      Mengidentifikasi kegiatan Preventive Maintenance di unit turbine
2.      Mengetahui sejauh mana pelaksanaan Preventive Maintenance di perusahaan PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 X 110 MW
3.      Meningkatkan pengalaman di dunia kerja

1.4.       Manfaat Kerja Praktek
          Adapun manfaat dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah:
1.             Bagi Penulis
Bagi penulis, sebagai sarana mengaplikasikan ilmu-ilmu teknik industri yang diperoleh selama menjalani perkuliahan serta menambah pengalaman dalam memahami dunia kerja.
3.             Bagi perusahaan, hasil laporan kerja praktek ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sekaligus dapat melihat keadaan perusahaan dari sudut pandang mahasiswa.
4.              Memperoleh suatu keterampilan dalam penguasaan pengerjaan.
5.              Dapat mengumpulkan data dari lapangan guna menyusun laporan kerja praktek.

1.5.       Ruang Lingkup Kerja Praktek
          Ruang lingkup kerja praktek ini meliputi dua hal, yaitu batasan masalah dan asumsi yang digunakan diantaranya yaitu :
1.5.1.      Batasan Masalah
Agar laporan kerja praktek ini terarah dan pembatasan tidak menyimpang dari tujuan penulisan maka dilakukan pembatasan masalah diantaranya yaitu:
1.      Pengamatan ini dilakukan hanya pada unit turbin.
2.      Masalah yang dilakukan hanya preventive maintenance

1.5.2.      Asumsi yang Digunakan
Adapun asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Karyawan  bekerja  pada  kondisi  normal  atau  tidak  mempertimbangkan faktor psikologis.
2.      Tidak ada perubahan kondisi kerja.
3.      Tenaga kerja tetap.

1.6.       Sistematika Penulisan
          Adapun sistematika penulisan laporan kerjapraktek ini yang terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:


BAB 1   PENDAHULUAN
  Pada bab ini menjelaskan hal yang berkaitan dengan kerja praktek seperti Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Ruang Lingkup, Batasan Masalah, Asumsi yang digunakan, Sistematika Penulisan dan Waktu Pelaksanaan.

BAB 2   GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
              Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan yang mencakup sejarah singkat perusahaan, visi-misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, sistem kerja dan proses produksi perusahaan.

BAB  3  LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai, teori yang menunjang laporan kerja praktek.

BAB 4   HASIL DAN PEMBAHASAN
  Bab ini menjelaskan mengenai, hasil dan pembahasan dari preventive maintenance yang dilakukan pada pada unit turbin PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 X 110 MW.


BAB 5  KESIMPULAN DAN SARAN
              Bab ini menjelaskan mengenai, Kesimpulan dan saran       
1.7.        Waktu Pelaksanaan
              Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada:
Tanggal  : 11 April 2018 s/d 11 Mei
Tempat  : PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Nagan Raya 2 X 110 MW.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar